Kenapa Kita Harus Belajar Islam?

KENAPA KITA HARUS BELAJAR ISLAM?

Seorang pengendara sepeda motor melaju dengan kencang, melewati sebuah jalanan yang cukup sepi di antara tumbuhan-tumbuhan besar, rupanya di sekelilingnya adalah hutan. Dengan memakai atribut seorang pembalap, dia memacu kendaraannya dengan kecepatan di atas rata-rata. Namun sial, di tengah perjalanannya itu, ia merasakan sesuatu, ban sepeda motornya kempis, dan mesin kendaraannya agak tersendat-sendat. Akhirnya dengan wajah kecut, ia menghentikan sepeda motornya di tengah hutan itu. Jengkel, dongkol, marah, dan sedikit resah berkecamuk di dalam dirinya. Belum selesai gundah di dalam dirinya habis, dia melihat ke arah tanki bensin sepedanya yang juga kosong melompong. Dia berpikir, kepada siapa aku harus meminta pertolongan, sedangkan kendaraan yang lalu lalang di depannya hanya bisa dihitung dengan sebelah jari tangan.

Mungkin sedikit gambaran peristiwa di atas agak tidak masuk akal, namun hal itu bisa terjadi pada siapa saja, saya, dia atau sobat. Memang sekarang kita sedang menjalani suatu perjuangan besar yang namanya adalah kehidupan. Segala sesuatu bisa terjadi di dalamnya. Senang, susah, gembira dan sedih saling berganti. Tinggal masalahnya sekarang, sudah siapkah kita dalam menjalani yang namanya kehidupan ini. Tul nggak?? Baca lebih lanjut

Meraih Kesuksesan Dalam Belajar

MERAIH KESUKSESAN DALAM BELAJAR

Hari itu, sepuluh ulama berkumpul untuk menguji seseorang yang dikenal memiliki hafalan yang kuat, Bukhori namanya. Setiap mereka telah bersepakat untuk mengajukan sepuluh hadits yang mereka acak sanad dan matannya. Hal ini sengaja mereka lakukan untuk menguji sejauh mana ketelitian dan kejeniusan Imam Bukhori. Ternyata, beliau dapat menjawab semua hadits yang mereka lontarkan dan membenarkan sanad serta matan yang memang sengaja mereka acak. Bahkan yang lebih menakjubkan lagi, beliau mampu mengulang semua sanad dan matan yang sengaja mereka acak.

Kisah di atas adalah kejadian nyata yang dialami oleh Imam Bukhori, seorang ulama ahli hadits yang sudah tidak asing di telinga kaum muslimin. Bahkan kitab haditsnya adalah kitab tershohih setelah Al-Qur’an al-Karim. Hal ini menandakan bahwa beliau telah sukses dalam belajarnya. Ada  beberapa kiat-kiat yang harus kita lakukan agar belajar yang kita lakukan sukses. Baca lebih lanjut

Figur Generasi Inteligent

FIGUR GENERASI INTELIGENT

Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran.” (QS.Ar-Ra’d : 19)

Menjadi orang yang cerdas, memiliki anak yang ber-IQ tinggi, adalah merupakan kebanggaan dan harapan semua orang. Sangat tidak rasional jika ada orang yang bangga dan bercita-cita menjadi orang bodoh ataupun berintelejensi rendah. Kita jumpai bahwa mayoritas tujuan berbagai lembaga pendidikan didirikan adalah dalam rangka mencerdaskan generasi muda dan melenyapkan kebodohan di atas muka bumi ini.

Ketika kita tanyakan kepada setiap orang tentang apa dan siapa orang yang cerdas itu? Pasti kita akan mendapatkan jawaban yang variatif. Akan tetapi yang menjadi perhatian bagi kita, sudahkah estimate (anggapan) mereka tentang intelejensi seseorang itu sesuai dengan Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah? Jika belum maka merupakan suatu kewajiban bagi kita untuk meluruskan image tersebut.

Ternyata ketika kita mau menela’ah kembali ayat-ayat Allah -ta’ala- dan sunah Nabi-Nya, Allah al-Aliim al-Khabiir menyebut generasi yang berintelejensi tinggi dengan sebutan “Ulul Albab”, dan Rosul-Nya al-Amiin menyebutnya dengan “Al-Kayyis”. Baca lebih lanjut

By smpmuh4krg Dikirimkan di Artikel

Cerita Tentang Sholat Injury Time

CERITA TENTANG SHOLAT INJURY TIME

Cerita ini dinkil dari KajianOnline.com. Cerita lucu dan mungkin unik yang didapat penulis dari hasil jalan-jalan di forum kaskus. Betapa ternyata, dunia kerja khususnya di Indonesia, sudah cukup banyak menyita perhatian kita tentang apa itu sholat.

Ibadah sholat yang seharusnya dijadikan tolak ukur, bahkan oleh para sufi.. ternyata sebagian besar dari kita mungkin seringkali menyepelekannya..

Bagi agan2 yang sering nunda solat nih ane punya cerita gan.. semoga nggak repost. Kita mulai aja nih gan:

Injury time dalam sepakbola mempunyai makna detik-detik akhir dari pertandingan. Entah kenapa sangat sering kejadian, sebuah goal tercetak justru di detik-detik akhir tersebut. Dan yang menyakitkan, goal tersebut terjadi di menit 92, menit 93 bahkan di menit 96. Padahal pertandingan sepakbola resminya kan cuma 90 menit. Kelebihan waktu itu diberikan oleh wasit karena adanya pelanggaran atau kejadian-kejadian yang memaksa pertandingan berhenti sejenak. Baca lebih lanjut

Waktu Adalah Kehidupan

WAKTU ADALAH KEHIDUPAN

Imam Hasan al-Bashri -rahimahullah ta’ala- pernah berkata,”Tidaklah sebuah hari itu berlalu kecuali setiap terbit matahari ada seruan: Hai anak cucu Adam, Aku adalah ciptaan yang baru, aku menjadi saksi atas perbuatanmu, maka berbekallah dariku, karena sesungguhnya aku, jika telah berlalu, tidak akan kembali sampai datang hari kiamat nanti.”

Hasan Al-Banna -rahimahullah ta’ala- juga mengungkapkan,”Waktu adalah kehidupan. Kehidupan manusia adalah waktu yang dilaluinya dari mulai ia lahir sampai ia meninggal dunia”. Karena itu, menurut Yusuf Qaradhawi, menyia-nyiakan waktu, walau hanya seperseribu detik sekalipun, sama sama halnya dengan menyia-nyiakan kehidupan. Bagi seorang muslim sedetik saja ia tidak dapat memanfaatkan waktunya maka ia akan kehilangan sebagian dari kehidupannya.

Ungkapan bijak itu masih senada dengan hikmah yang dilontarkan Imam Hasan al-Bashri -rahimahullah ta’ala- ketika ia mengatakan, “Hai anak cucu adam, sesungguhnya engkau adalah kumpulan dari hari-harimu. Maka setiap kali hari itu berlalu maka berlalu juga sebagianmu.” Baca lebih lanjut

Muadz bin ‘Amr bin Jamuh dan Muawwidz bin Afra’ radhiyallaahu ta’ala ‘anhuma

MUADZ BIN ‘AMR BIN JAMUH dan MUAWWIDZ BIN AFRA’ -Radhiyallaahu ta’ala ‘anhuma-

Kedua pemuda yang masih belia ini mempunyai kisah hidup yang tidak pernah terpikir atau terbesit di dalam benak siapapun.

Pertama adalah Muadz bin Amr bin Jamuh, usianya baru empat belas tahun. Sementara yang kedua adalah Muawwidz bin Afra’, usianya baru tiga belas tahun. Akan tetapi, dengan penuh antusias keduanya bergegas ikut serta bergabung bersama pasukan kaum muslimin yang akan berangkat menuju lembah Badar. Kedua pemuda belia ini memiliki nasib baik karena tubuh keduanya terlihat kuat dan usianya terlihat relatif lebih dewasa. Maka Rasulullah saw. menerima keduanya masuk dalam skuad pasukan kaum muslimin yang akan berperang melawan kaum musyrikin pada perang Badar.

Meskipun usia mereka masih sangat muda belia, tetapi ambisi mereka jauh lebih hebat dan lebih besar daripada ambisi para orang tua atau kaum lelaki yang lain.

Di sini mari kita dengarkan bersama penuturan dari seorang sahabat yang mulia Abdurrahman bin Auf ra. seperti yang terdapat di dalam Shahih Al-Bukhari. Abdurrahman ra. menggambarkan sikap dan tindakan yang sangat ajaib dari kedua pemuda pemberani ini! Abdurrahman bin Auf ra. menuturkan: “Pada perang Badar, saya berada di tengah-tengah barisan para Mujahidin. Ketika saya menoleh, ternyata di sebelah kiri dan kanan saya ada dua orang anak muda belia. Seolah-olah saya tidak bisa menjamin mereka akan selamat dalam posisi itu.” Kedua pemuda belia itu adalah Muadz bin Amr bin Jamuh dan Muawwidz bin Afra’ ra. Baca lebih lanjut